Oleh : Moh. Hadi Soewarno
dikutip dari Panggilan ADZAN edisi April 1990, Halaman 122.
Agama Islam dikenal di Asia Tenggara dan Kepulauan Indonesia sudah sejak abad-abad pertama Hijri ketika agama ini timbul di dunia menggantikan dan menyempurnakan agama-agama terdahulu. Akan tetapi bukti yang meyakinkan baru tampak sejak abad ke 12-13 (de Graaf). Namun begitu saya cenderung mengatakan sejak abad 11 M ketika nisan Fatimah binti Maimun dapat ditemukan di desa Leran, Gresik, dan menunjuk data tahun Hijri 475 atau 495 (1082 atau 1102). Kisah tentang Fatimah binti Maimun perna kita ungkapkan dalam majalah edisi januari 1990, halaman 46.
Data Fatimah binti Maimun ini sering dikacaukan oleh juru kunci sana sebagai makam puteri Campa yang data sejarahnya malah berada di Trowulan, kemudian dipindahkan ke Tuban oleh Sunan Bonang. Data wafatnya Puteri Campa tercatat 1448 M.
Kehadiran Islam pada abad ke 11 ini diyakini pula oleh peneliti Belanda bernama Roufaer pada tahun 1918 dengan bukti penemuan kepingan-kepingan uang dinar Arab di pantai Tuban berabad 9 Masehi. Ini berarti pada saat agama Hindu bercokol kuat di Jawa Tengah, dengan bukti banyaknya candi-candi di Dieng, Kedu (Borobudur, Mendut), dan di daerah Mataram lama/sekarang, seperti candi Kalasan, Prambanan, Sewu, dan yang lainnya.
Jadi, masa hidup Fatimah binti Maimun bersamaan dengan wanita cantik yang pernah dilamar oleh satria Bandung Bandawasa alias Rakai Balitung (wafat 907 M). Ia terkenal dalam kisah candi Prambanan, yang juga disebut candi Lara Jongrang.
Ajakan Dr. Drewes
Sekarang ini, daerah-daerah yang telah berabad-abad memeluk agama Islam, nama orang-orang yang dianggap suci dan berjasa dalam penyebaran Islam di Jawa disebut-sebut dengankhidmat dan hormat oleh penduduk. Mereka itu disebut para Wali Allah. Namun apa yang mereka sebut-sebut itu adalah fakta sejarah sekitar abad ke-15 saja, bukan abad ke 11-12 pada zaman Kediri (sebelum munculnya kerajaan Singasari dan Majapahit, abad ke 13-14).
Malahan wali yang muncul pada zaman Singasari (tahun1281) tak pernah dikenal. Juga wali bernama Zainuddin yang wafat pada tahun 1411 dimakamkan di Trowulan, Majapahit, juga tidak dikenal. Padahal ia mungkin sahabat Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 M.
Legenda mengenai orang-orang suci dan kegiatannya menyebarkan agama Islam serta asal usul mereka begitu beragam. Untuk memperjelas duduk soalnya, perlu penyelidikan lebih cermat lagi. Belum lama ini Dr. Drewes minta perhatian terhadap soal-soal yang bertalian dengan sejarah agama Islam di Indonesia. Sayang , belum banyak tanggapan dari para sarjana Indonesia sendiri. Tetapi saya lihat sarjana Belanda seperti Dr. HJ de Graaf telah mulai menjawabnya.
Artikel ini juga dimaksudkan untuk mengisi ajakan Drewes tersebut. Tentu saja berdasarkan acuan para sarjana Barat yang belum tuntas penelitiannya, kemudian berusaha kita tuntaskan semampu-mampunya. Mestinya UGM Yogyakarta memulainya. Namun dari kawan-kawan jurusan sejarah UGM seangkatan saya dan di atas saya (tahun 1950-an keatas) tampaknya tidak ada kreasi baru sama sekali dan tidak kelihatan terbuka lewat tulisan-tulisan di media massa yang bisa dibaca umum.
Saya sendiri mendasarkan plot penelitian berdasarkan analisis Dr. de Graaf yang kemudian kita proyeksikan sendiri menuju arah sejarah Islam semata dan tidak bersifat umum yang mengembang. Ini demi kepentingan Sejarah Nasional Islam di tanah air yang tidak terpisahkan dengan sejarah nasional umum seperti yang kita lihat sampai hari ini.
No comments:
Post a Comment